Nama: Agnes Widianigrum
NPM : 30210284
Kelas : 3DD03
Nama : Handayani
Materi :
METODE OPERASI RITEL
1. RITEL DALAM BENTUK TOKO
Fungsi
Retail
Ritel
merupakan tahap akhir proses distribusi dengan dilakukannya pnjualan langsung
pada konsumen akhir. Dimana bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara
distributor dengan konsumen akhir, Retailer berperan sebagai penghimpun barang,
took retail sebagai sebaga temat rujukan. Ritail berperan sebagai penentu
eksistensi barang dari manufacture di pasar konsumsi.
KARAKTERISTIK
DAN TIPOLOGI
1.
Karakteristik
•
Small Enough Quantity (Partai kecil,dalam jumlah secukupnya untk dikonsumsi
sendiri dalam periode tertentu)
•
Impulse buying (kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan
jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyak pilihan untuk konsumen)
•
Store Condition ( KOndisi lingkungan dan interior dalam toko)
2.
Tipe Bisnis Retail Klasifikasi retail berdasarkan :
Kepemilikan
( Owner ):
· Single-Store
Retailer (tipe yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah
100 m²)
· Rantai
Toko Retail (toko retail dengan banyak cabang dan dimiliki oleh institusi
perseroan)
· Toko
Waralaba (toko yang dibangun berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara
terwaralaba dengan pewaralaba)
Merchandise
Category:
· Specialty
Store/ Toko Khas (Menjual satu jenis kategori barang yang relative sedikit/
sempit)
· Grocery
Store/ Toko Serba Ada (menjual barang groceries (sehari-hari))
· Departement
Store (menjual sebagian besar bukan kebutuhan pokok, fashionable, bermerek,
dengan 80% pola konyinyasi)
·
Hyperstore(menjual barang dalam
rentang kategori barang yang sangat luas)
Luas Sales Area :
Luas Sales Area :
· Small
Store/kiosk (kios kecil yang umumnya merupakan toko retail tradisional,
dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales kurang dari 100 m²)
· Minimarket
(dioperasikan dengan luasan sales area antara 100-1000 m²)
· Supermarket
(dioperasikan dengan luasan sales area antara 1000-5000 m²)
· Hypermarket
(dioperasikan dengan luasan sales area antara lebih dari 5000 m²)
Non-Store
Retailer :
· Multi-Level-Marketing
(MLM) : Model penjualan barang secara langsung dengan system komisi penjualan
berperingkat berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines
· Mail
& Phone Order Retailer ( Toko pesan antar ) : perusahaan yang melakukan
penjualan berdasarkan pesanan melalui surat atau telepon
· Internet/
Online Store (e-Commerce) : Toko Retail di dunia maya yang mengadopsikan
internet ke dalam bentuk online retailing
2. RITEL DALAM BENTUK BUKAN TOKO
Untuk
menemukan pola-pola bisnis ritel secara e-commerce ( Amir Hartman dalam bukunya
“Net-Ready” (Hartman, 2000) secara lebih terperinci lagi mendefinisikan
E-Commerce sebagai “suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang
memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet
sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi
(B-to-B) maupun antar institusi dan konsumen langsung (B-to-C)”. ), tentu saja
harus Mempelajari transformasi dari pola-pola penjualan retail secara fisik.
Permasalahan
inti dalam perdagangan retail mempunyai 4 elemen
1.
Mendapatkan product yang tepat,
2.
harga yang tepat,
3.
waktu yang tepat
4.
Tempat yang tepat
Ada
4 pengacau dalam retail bisnis menurut Joseph L.Bower dan Clayton M Pengacau
pertama datang dalam bentuk Departmen Stores.
Kelebihan
Department stores dibanding retail biasa adalah kecepatan perputaran barang dan
mampu menampilkan jumlah product yang sangat banyak dalam 1 store mereka.
Department Store rata memperoleh keuntungan 40 % setiap kali perputaran
barangnya ( rata-rata 3 kali setahun),jadi mereka bisa memperoleh keuntngan 120
%/thn. Pengacau kedua adalah Toko pemberi diskon Hampir sama dengan Toko
pemberi Diskon mereka bisa memberikan diskon s/d 23%/thn dan bisa sampai 5 kali
perputaran / tahunnya. Bisnis retail melalui internet belum bisa diukur secara
signifikan, tetapi Amazon.com mampu mendapat marjin 5%/tahun dengan perputaran
barang sebanyak 25 kali / tahun, hampir sebanding dengan marjin dari bisnis
retail secara fisik dengan Department stores dan Toko pemberi diskon. Toko
pemberi diskon pada akhirnya akan melawan sesama toko pemberi diskon yang lain,
karena toko retail biasa sudah bukan menjadi lawan mereka. Pengacau ketiga
datang dalam bentuk Bisnis ritel dalam bentuk Katalog Sasarannya adalah konsumen
yang berada di kedalaman pemukiman, ini juga yang disebut oleh “Richard sears”
sebagai rumah perbekalan paling murah didunia , dan mengkompensasikan
kekurangan pelayanan pribadi dengan jaminan uang kembali. Katalog adalah dasar
dari toserba online yang ada saat ini. Pengacau Keempat dan terbesar yang
sedang berlangsung saat ini adalah Online retail seperti yang dilakukan pelaku
bisnis online karena sama mendasarnya dengan tiga kekacauan sebelumnya. Dari 3
pengacau sebelumnya Peretail Internet mampu mengemban 4 tugas besar semua
pelaku retail sebelumnya, yaitu : Product, tempat, harga dan waktu. Poduct ?
semua product bagus dan baik dapat ditampilkan disitu Tempat ? Web adalah toko
yang sangat baik dan tidak ada satupun toko konvensional dapat menandinginya.
Harga ? Online retail adalah surga bagi Konsumen karena penawaran yang sangat
fleksibel tiada banding, dengan hanya marjin 5% saja Amazon.com dapat memutar
barangnya sebanyak 25 Kali /tahun. Waktu ? Dengan Toko retail online berupa
web, toko bisa buka 24 jam penuh 7 hari setiap waktu tanpa perlu ada yang
menjaga, sehingga transaksi dapat dilakukan anytime , anywhere. Seiring waktu
bisnis retail online mulai merubah strateginya dari generalis
(
konsep department store ) ke Spesialis, yaitu dengan hanya menawarkan product2
tertentu, misalnya : sebuah web hanya menjual Buku ( online book stores ) dll.
Akhir dari Resume ini adalah bahwa bisnis retail konvensional dengan retail
internet tetap harus berhubungan, karena dalam kenyataannya bahwa seseorang
yang membutuhkan sesuatu barang dengan cepat pasti akan menuju mobilnya tanpa
menuju komputernya.
3. RITEL WARALABA
Menurut
John Naisbit dalam bukunya yang berjudul Megatrends, mengatakan bahwa waralaba adalah konsep marketing yang
paling sukses dalam sejarah umat manusia. Menurutnya, di USA, setiap 8 menit,
lahir satu oulet waralaba. Konsep waralaba ini kemudian merambah sampai ke
Indonesia, dimana 10 tahun terakhir ini banyak bermunculan pebisnis yang
menawarkan konsep waralaba kepada masyarakat (calon investor). Konsep baru ini
menjadi topik hangat dikalangan dunia usaha dan media bisnis. Akibatnya,
semakin banyak orang yang tertarik untuk menamkan uangnya dengan membeli
waralaba atau sekedar lisensi bisnis atau paling tidak mengetahui lebih detail
bagaimana sistem waralaba itu sebenarnya, hal ini dapat dilihat dari ‘laris
manisnya‘ buku-buku yang mengupas masalah waralaba atau franchise dan
tingginya minat pengunjung di acara pameran franchise.
Namun
yang perlu diketahui, bahwa ternyata tingkat kesuksesan waralaba di indonesia
hanya mencapai 60% saja, sedangkan di negei asalnya, Amerika mencapai 90%.
Selain itu, menurut Amir Karamoy, Ketua Waralaba dan Lisensi Indonesia yang
juga pemilik Konsultan AK & Partners, menyatakan bahwa terjadi perbedaan
tingkat kegagalan yang sangat mencolok antara waralaba lokal dibanding waralaba
asing. Tingkat kegagalan waralaba lokal berkisar antara 50-60%, sedangkan
tingkat kegagalan waralaba asing di Indonesia hanya berkisar 2% – 3 % saja.
Mengapa
waralaba lokal banyak yang berguguran? Kegagalan dalam sebuah bisnis waralaba
bisa dari faktor franchisor-nya atau dari franchisee-nya
(investor) atau faktor akumulasi dari kedua belah pihak. Untuk sisi franchisor,
kadang karena bisnis yang dia tawarkan belum terbukti menguntungkan, tapi sudah
berani menawarkan konsep waralaba kepada calon investor. Coba lihat di media
cetak, banyak sekali iklan-iklan yang menawarkan konsep kerja sama dalam bentuk
“waralaba”, padahal belum tentu bisnisnya sudah dapat dikatagorikan sebagai
“waralaba/ franchise”, bisa jadi hanya sekedar dalam bentuk “Pola Kemitraan/
Business Opportunity (BO)” atau hanya sekedar penggunaan nama merek alias
lisensi.
Peraturan Pemerintah Tentang Waralaba
Beberapa
faktor penyebab kegagalan waralaba yang paling utama adalah kegagalan meraih target
penjualan yang memadai, hal ini biasanya karena tempat usaha yang kurang
strategis. Faktor-faktor lainnya antara lain adalah kurangnya support dari
penjual franchise kepada franchisee misalnya dalam dukungan promosi, manajemen
dan lain-lain sehingga terkesan franchisee berjalan sendirian, dan ada juga
yang mengatakan karena naiknya harga bahan baku dan inflasi yang berimbas pada
lemahnya daya beli masyarakat secara umum. Selain itu, faktor yang tak kalah
pentingnya adalah “mindset” franshisee/ pembeli waralaba yang berfikir bahwa
membeli waralaba itu artinya tinggal terima untung saja dan “terlalu
mengharapkan” franchisor yang bekerja, atau telalu berharap pada sistem yang
bekerja. Padahal seharusnya franchisee itu juga ikut kerja keras memajukan
garainya, dan mengawasi sistem apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak.
Apalagi jika bisnis yang dimasuki adalah bisis makanan yang itemnya banyak dan
sangat perlu diatur manajemen logistiknya, mengingat makanan hanya tahan
beberapa hari sebelum rusak. Jadi jangan sampai terbuang percuma.
Saat
ini, yang paling ramai bisnis yang di-franchise-kan adalah dibidang bisnis
makanan, maklumlah, karena makanan adalah merupakan kebutuhan paling pokok
manusia, dan semua manusia perlu makan. Oleh karena itulah bermunculan
franchise yang bergerak dibidang makanan ini, seperti yang berasal dari luar
negeri antara lain : McDonnald, KFC, Dunkin Donuts, dan lain-lain. Sedangkan
yang dari lokal antara lain : RedCrispy, Andrew Crepes, Bakmi Raos dan
lain-lainnya. Selain franchise yang produknya berupa makanan, juga ada
franchise yang produknya berupa non makanan dan jasa, misalnya dibidang
pendidikan, pengantaran barang, salon, busana dan lain-lain.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan sebelum membeli waralaba:
- Apakah
Waralaba memang pas untuk anda? setiap tahunnya semakin banyak orang yang
bermimpi keluar dari rutinitas 8 pagi – 5 sore dan memiliki sebuah sistem
bisnis sendiri (baik self employed atau business owner). Meski begitu namanya
membangun bisnis bisa menjadi proses menakutkan. Membangun bisnis dapat
dikatakan suatu hal yang memerlukan konsentrasi, fokus dan persistensi yang
tinggi.
-
Waralaba sering dilihat sebagai bisnis yang lebih kecil risikonya. Waralaba
memberikan peluang Anda membuka bisnis sendiri dengan dukungan dan back up dari
perawalaba. Namun waralaba tidak selalu cocok bagi semua orang.
-
Apakah waralaba merupakan pilihan menarik bagi anda? Waralaba adalah sebuah
pilihan yang menarik bagi pebisnis pemula, karena waralaba memungkinkan anda
menanamkan uang dalam sebuah sistem yang sudah mapan, telah dicoba dan teruji,
dan terbukti keberhasilannya. Namun bagi pebisnis yang sudah malang melintang
di dunia wirausaha, mungkin tawaran waralaba sudah tidak begitu menarik lagi.
-
Waralaba bukan garansi sukses. Seperti disinggung di bagian atas, apalagi
di Indonesia, tingkat kegagalan waralaba masih cukup tinggi, namun demikian
sebagai investor waralaba anda akan mendapatkan bantuan dari pewaralaba. Meski
demikian Anda tetap perlu memotivasi diri, memiliki gerak dan komitmen kerja
keras untuk membangun bisnis yang sukses. Waralaba bukanlah garansi kesuksesan.
Meskipun satu tingkatan keberhasilan sudah tercapai, diperlukan kerja keras
agar bisa mempertahankan profitabilitas.
-
Jika anda memutuskan langsung terjun ke bisnis, persiapkan mental dengan matang,
karena ada perbedaan suasana antara “ketidakpastian” di dunia bisnis dan ‘zona
nyaman’ di dunia karyawan dengan gaji bulanan yang pasti dan rutin.
- Macam-macam
tingkat investasi di dunia waralaba bermacam-macam. Sesuaikan pilihan
dengan kemampuan keuangan anda, jangan melebihi kemampuan. Biasanya franchisor
akan memberikan informasi seputar kinerja franchisee lainnya sebagai gambaran.
Namun, tentu saja ini bukan garansi bagi kesuksesan. Anda perlu meneliti
sendiri bisnis yang potensial di sekitar Anda dan bila perlu mencari bantuan
profesional dalam membuat proyeksi keuangan. Kalau bisa bicaralah dengan
franchisee lain yang membeli waralaba tersebut, bagaimana sistemnya,
supportnya, proyeksi keuangannya, potensinya, dll.
Beberapa
pertimbangan dalam memilih / membeli franchise atau waralaba antara lain:
1. Apakah
merek-nya sudah terkenal dan memiliki image positif di pasar.
Karena, membeli franchise bukan hanya sekedar membeli sistem, tetapi merek.
Seandainya mereknya belum terkenal, sulit bagi kita untuk memperoleh omzet
maksimal karena pasar belum aware terhadap merek franchise tersebut. Selain
merek, juga produk dan sistem. Apakah produknya “mumpuni“, kalau
produknya berupa makanan, apakah enak, apakah unik, apakah mudah dibuat atau
tidak, apakah ada resep rahasia sehingga sulit di tiru pesaing.
2. Siapa
di belakang layar. Nah ini juga
perlu kita cari tahu, siapa pengembang dibalik nama franchise yang di jual
tersbut. Hal ini ibarat kita membeli rumah/ apartemen, tentu kita juga harus
melihat kredibilitas pengembang perumahan yang dijual. demikian juga dengan
membeli waralaba, jika perlu juga cari informasi tentang pemilik/ pengembang
franchise tersebut. Apakah franchisor yang kita minati merupakan perusahaan
yang sukses dan kuat, Franchisor wajib memberikan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh akuntan publik kepada calon pembeli hak waralabanya. Laporan
tersebut dapat membrikan informasi keadaan keuangan perusahaan tersebut untuk
periode 3 tahun.
3. Tempat.
Tempat usaha yang kita pilih mutlak harus staretegis, ramai dan mudah diakses
dari mana saja, tempat parkir harus luas. JIka anda melihat tempat usaha
McDonnald, kebanyakan berada di tempat yang paling strategis, di belahan dunia
manapun, diperempatan jalan, pokoknya tempatnya paling strategis. Maknya tak
salah jika ada yang mengatakan bahwa bisnis mereka bukan burger, tetapi
properti.
4. Lakukan riset secara umum tentang waralaba yang di incar. Pastikan anda melihat peluang di
bidang bisnis yang akan dijalankan. Cari tahu sebanyak mungkin informasi
tentang waralaba yang diminati. Misalnya mencari tahu bagaimana tingkat
penjualan, sistem support, kelemahan dan kelebihan waralaba tersebut dari
franchisee lain yang sudah terlebih dahulu membeli dan menjalankan waralaba
tersebut. pastikan waralaba tersebut memiliki bimbingan berkelanjutan dalam
pengelolaan merek, pengawasan mutu, manajemen kepegawaian, bimbingan
administrasi dan petunjuk teknis lainnya. Seringlah hadir dalam seminar dan
pameran franchise untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dan perbandingan
terbaik.
5. Pilihlah waralaba yang sesuai dengan hasrat dan minat anda, dan anda yakin waralaba tersebut
akan menguntungkan dalam jangka panjang. Hindari memilih waralaba karena faktor
“trend” semata-mata.
6. Pilihlah waralaba yang sesuai dengan modal anda. Beberapa bisnis waralaba ada yang
mengalami kegagalan ditengah jalan karena kekurangan modal. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan peluang keberhasilan, lebih baik untuk memiliki modal labih
dari yang disyaratkan franchisor. Disarankan untuk memiliki cadangan dana untuk
modal kerja 6 bulan sampai 1 tahun ke depan.
7. Mungkin
anda perlu meminta nasihat dari profesional
(konsultan waralaba) untuk mendampingi anda.sumber :
http://christine-sakura.blogspot.com/2012/06/bab-iv-vmetode-operasi-ritel.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar