Nama : Agnes Widianingrum
Kelas : 3DD03
NPM : 30210284
Mata
Kuliah : Manajemen Ritel #
Tugas : 3
Manajemen Keuangan
Ritel
1. Perencanaan
dan pengendalian finansial
Perencanaan dan pengendalian keuangan melibatkan
proyeksi-proyeksi berdasarkan standar dan perkembangan dari umpan balik dan
proses penyesuaian untuk memperbaiki prestasi kerja.
Perencanaan keuangan mencakup penjualan, laba, dan
aktiva yang didasarkan pada alternatif strategi produksi dan pemasaran untuk
kemudian bagaimana menentukan kebutuhan pendanaannya.
Perencanaan
Keuangan adalah proses dari :
·
Menganalisis pendanaan dan pilihan
investasi yang terbuka bagi perusahaan.
·
Memproyeksikan konsekuensi masa yang
akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghindari hal-hal yang tidak
terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang akan datang.
·
Menentukan alternatif mana yang akan
dipilih
·
Mengukur hasil selanjutnya terhadap
tujuan dalam rencana keuangan.
2. Sistem
pengendalian perdagangan ritel
Sistem pengendalian intern perlu diterapkan pada
berbagai jenis usaha bisnis termasuk pada usaha bisnis ritel (retail). Usaha
ritel yang saat ini sedang berkembang adalah usaha ritel modern dalam bentuk
swalayan. Penerapan pengendalian intern perlu dilakukan pada seluruh kegiatan
operasional swalayan, termasuk yang paling utama yaitu sistem penjualan tunai
dan penerimaan kas. Sistem pengendalian intern bertujuan untuk mengamankan
harta perusahaan. Sebagai contoh adakan sebuah penelitian pada suatu swalayan.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sistem penjualan tunai dan
penerimaan kas pada Swalayan Bentar cabang Mojokerto, dan menjelaskan penerapan
pengendalian intern sistem penjualan tunai dan penerimaan kas pada swalayan
yang bersangkutan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Penelitian
ini dilakukan dengan melakukan analisis secara mendalam terhadap sistem
penjualan tunai dan penerimaan kas, serta unsur-unsur pengendalian intern,
yaitu struktur organisasi, sistem wewenang dan prosedur pencatatan, dan praktik
yang sehat. Hasil penelitian terhadap sistem penjualan tunai dan penerimaan
pada Swalayan Bentar menyatakan bahwa sistem penjualan tunai dilakukan oleh
bagian kasir. Sedangkan sistem penerimaan kas dilakukan oleh bagian kasir,
supervisor kasir, bagian keuangan, dan manager operasional. Sistem pengendalian
intern pada penjualan tunai adalah penggunaan barcode dalam setiap transaksi
pembayaran dari pembeli. Sistem pengendalian intern pada penerimaan kas
memerlukan pemisahan fungsi dari bagian yang memeriksa penerimaan kas (supervisor
kas) dan bagian yang melakukan pencatatan penerimaan kas dan penyetoran uang ke
bank, yaitu bagian keuangan. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk
menerapkan sistem terkomputerisasi secara menyeluruh terhadap aktivitas
transaksi di Swalayan Bentar mengingat Swalayan Bentar semakin berkembang.
Perbaikan pembagian tugas juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi
penyelewengan. Selain itu perlu dilakukan penambahan fasilitas credit card agar
transaksi pembayaran lebih efisien.
3. Analisis
dan pengendalian biaya
Pembangunan perekonomian Indonesia pada saat ini
sedang berkembang seiring dengan pertumbuhan pembangunan di bidang lainnya.
Pembangunan ekonomi tersebut mempunyai arti pengolahan kekuatan ekonomi
potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, pembangunan
teknologi serta melalui penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
Dengan demikian kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan
untuk dapat mengolah kekuatan ekonomi potensial yang tersedia. Dalam pengertian
yang lebih luas perusahaan merupakan organisasi yang terdiri dari bagian yang
saling berhubungan dan bekerjasama untuk beberapa maksud atau sasaran.
Perusahaan sebagai adalah satu pelaku ekonomi yang mempunyai tujuan memperoleh
laba yang wajar, perlu memiliki program dalam melaksanakan kegiatan. Bagi
perusahaan yang mengejar keuntungan dan berusaha mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan tentu akan menghadapi berbagai masalah yang akan timbul
sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Salah satu contoh masalah yang dihadapi
adalah bagaimana melaksanakan pengendalian terhadap biaya-biaya yang terjadi
dalam perusahaan. Pengendalian secara menyuluruh dalam perusahaan karena hanya
dengan demikian apa yang mungkin dicapai oleh perusahaan dapat diketahui. Dalam
dunia usaha, yang menjadi ukuran keberhasilan perusahaan adalah kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin besar laba yang dihasilkan oleh
perusahaan, maka dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut berhasil dengan baik
dalam menjalankan usaha. Memperbesar jumlah laba dapat diilaksanakan melalui
keputusan dengan berbagai macam cara seperti menaikkan jumlah omset penjualan,
meminimalkan biaya atau menaikkan harga jual yang wajar. Perusahaan harus
melaksanakan suatu pengendalian terhadap biaya untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan operasional perusahaan.
Pengendalian
biaya pada umumnya mencakup tiga fungsi manajemen antara lain:
·
Fungsi planning melalui penetapan
sasaran dan penyusunan rencana.
·
Fungsi organizing pada tingkat
operasional.
·
Fungsi controlling melalui evaluasi
terhadap tujuan yang telah dicapai.
Setiap
perusahaan yang ingin tetap berjalan harus mampu mempertahankan eksistensinya
dituntut untuk dapat bekerja secara maksimal, efisien dan efektif. Untuk itu
dibutuhkan tingkat kemampuan manajemen untuk mengendalikan perusahaan terutama
dalam meningkatkan kualitas. Apabila mekanisme operasi perusahaan relatif masih
sederhana, maka sistem pengendalian dilakukan dengan sistem pengawasan
langsung, tetapi jika perusahaan sudah beroperasi dengan skala besar dan
melibatkan beberapa bagian, maka manajemen tidak lagi mampu mengadakan
pengawsan langsung secara efektif. Dalam hal ini sistem pengendalian perlu
dilengkapi dengan sistem pengendalian wewenang dan sistem pertanggungjawaban
dengan menggunakan laporan tertulis. Anggaran adalah merupakan salah satu alat
perencanaan keuangan perusahaan yang sekaligus dipakai sebagai dasar sistem
pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan. Dengan tersusunnya rencana
keuangan tersebut terhadap pimpinan perusahaan dapat lebih mudah melakukan
koordinasi dalam melakukan koordinasi dalam melaksanakan tugasnya. Dalam proses
pelaksanaan kegiatan perusahaan kita dapat menganalisa apakah anggaran yang
telah disusun dapat terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan sebelumnya, atau
terdapat varians dalam melaksanakan varians yang terjadi dapat dilihat pada
akhir bulan atau akhir tahun dengan cara membandingkan antara anggaran dan
realisasinya. Varians yang selalu mutlak terjadi pada setiap anggaran
perusahaan perlu kita nilai apakah varians itu dapat dianggap sebagai suatu
yang wajar, artinya varians itu mutlak dan wajar tidak dapat dihindari atau
varians itu dianggap suatu yang tidap wajar, yang disebabkan oleh kurangnya
pengawsan dan terjadinya pemborosan. Perusahaan tidak terlepas dari perencanaan
anggaran biaya operasional, mulai dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum
penyusunan rencana penyusunan anggaran itu sendiri. Implementasi dari rencana
tersebut sampai akhir tahap pengawsan dan evaluasi dari hasil rencana tersebut.
4. Analisis
dan pengendalian modal saham
Pembangunan perekonomian di suatu negara memerlukan
adanya modal yang besar. Bukan hanya modal sumber daya manusia dan alam, tetapi
juga modal berupa dana yang tidak sedikit. Pemerintah akan mencoba untuk menghimpun
dana dari masyarakat, baik masyarakat dalam negeri maupun dari masyarakat luar
negeri. Salah satu cara menghimpun dana yang dapat dilakukan adalah dengan
menggalakkan investasi. Pemerintah akan berusaha menarik minat masyarakat untuk
berinvestasi dengan hasil yang menguntungkan. Perekonomian suatu negara
seringkali dinilai berdasarkan aktivitas investasi yang terjadi. Apabila
tingkat investasinya tinggi, maka prospek perekonomian negara itu akan semakin
bagus.
Investasi yang dianggap paling cepat memberikan
keuntungan adalah investasi melalui pasar modal. Karena itu, pasar modal akan
menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal menjadi alternatif
penghimpun dana dari masyarakat selain sistem perbankan. Instrumen keuangan di
pasar modal yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat
adalah saham biasa (common stock). Pada umumnya para investor memilih investasi
dengan saham biasa, karena harapannya akan memperoleh return, yang berupa
capital gain/capital loss dan dividend. Capital gain/loss adalah selisih dari
harga jual dan harga beli saham, sedangkan dividend adalah sisa keuntungan
perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Setiap investor mempunyai
preferensi yang berbeda-beda untuk return yang diharapkannya. Ketidakpastian
return yang akan diperoleh merupakan risiko yang harus dihadapi oleh para
investor. Karena itu, investor akan berhati-hati untuk memutuskan investasi apa
yang akan dipilihnya.
Pada saat akan berinvestasi dalam suatu saham,
investor akan berusaha menilai perusahaan untuk memperkirakan return yang
diharapkan dapat diperolehnya. Harga saham suatu perusahaan di pasar modal
seringkali menjadi acuan untuk menunjukkan nilai perusahaan tersebut. Analisis
fundamental perusahaan, menjadi salah satu cara untuk menilai kinerja dan
prospek perusahaan. Dividen merupakan salah satu faktor fundamental yang
diperkirakan akan dapat mempengaruhi harga saham. Saat ini masih terjadi
perdebatan tentang relevan tidaknya kebijakan dividen Hasil penelitian
Setyorini (2001), menunjukkan bahwa kandungan informasi dalam pengumuman
dividen dapat berpengaruh terhadap abnormal retun suatu saham, yang berarti
mempengaruhi harga saham. Informasi kenaikan deviden bisa ditafsirkan sebagai
tanda optimis sehubungan dengan keuntungan perusahaan, dan sebaliknya penurunan
dividen dapat ditafsirkan adanya penurunan keuntungan dimasa depan (Dewi,
2003). Bagi investor yang mengharapkan return dari dividen, tentu akan
memperhatikan informasi yang berhubungan dengan pembayaran deviden yang akan dilakukan
perusahaan.
Jika suatu perusahaan memperoleh keuntungan, bukan
berarti perusahaan tersebut pasti membagikan dividen. Darmadji dan Fakhruddin
(2001:116) menyatakan bahwa dividen baru bisa diterima investor jika dua syarat
terpenuhi, yaitu perusahaaan memperoleh keuntungan dan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) yang berwenang telah memutuskan pembagian dividen atas laba
tersebut.
Pembayaran dividen juga tergantung kepada
kebijaksanaan dewan direksi perusahaan (Sundjaya dan Barlian, 2003:353). Ada
aturan yang membatasi pembayaran dividen tersebut. Sebelum pembayaran dividen
kepada pemegang saham biasa dilakukan, semua tuntutan atau kewajiban kepada
pemerintah, kreditur dan pemegang saham preferen harus dipenuhi terlebih
dahulu. Pihak manajemen perusahaan akan mempertimbangkan berbagai hal untuk
menentukan kebijakan dividennya. Kebijakan mengenai apakah perusahaan akan
melakukan pembayaran dividen atau tidak, atau berapa besarnya dividen yang akan
dibayarkan dapat mempengaruhi penilaian investor tentang kondisi perusahaan. Di
lain pihak, pemegang saham biasa yang merupakan investor adalah pihak luar yang
sangat sedikit memperoleh informasi tentang kondisi perusahaan. Jika investor
dapat mengetahui hal-hal apa yang menjadi pertimbangan pihak manajemen perusahaan
dalam mengambil keputusan mengenai pembayaran dividen kasnya, maka investor
dapat memprediksi dividen kas yang akan diperolehnya sebagai pengembalian atas
investasi yang dilakukannya.
Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa pasar
modal bereaksi terhadap semua informasi yang berhubungan dengan perusahaan.
Informasi yang dianggap memberikan kabar baik dapat menaikkan harga dan
sebaliknya informasi yang dianggap kabar buruk akan menurunkan harga. Bagi
investor yang menginginkan return dari dividen, tentu akan menganalisa
variabel-variabel yang kemungkinan dapat mempengaruhi keputusan perusahaan
dalam melakukan pembayaran dividen. Penelitian mengenai hal ini juga telah
banyak dilakukan untuk membantu investor dan manajemen untuk memutuskan
kebijakan dividen yang terbaik bagi pihak-pihak yang terkait. Baker dan Powell
(2000) melakukan survei terhadap perusahaaan-perusahaan yang terdaftar di NYSE
tahun 1997, untuk mengetahui pandangan manajer perusahaan mengenai
faktor-faktor apa saja yang menentukan kebijakan dividen. Penelitian mereka
memperoleh hasil bahwa faktor yang paling mempengaruhi kebijakan dividen adalah
tingkat laba dan kontinyuitas dividen masa lalu. Sebuah survei juga pernah
dilakukan di Bursa Efek Jakarta yang tujuannya untuk menilai pandangan para
pemimpin eksekutif terhadap kebijakan dividen dan kebijakan struktur modal.
Hasil survei menunjukkan bahwa bagi para eksekutif, variabel yang berpengaruh
terhadap kebijakan dividen adalah variabel laba dan kesempatan investasi.
Selain itu, cash ratio, cashflow, dan harga saham juga menjadi variabel yang
mempengaruhi dividen (Pefindo :1997 dalam Anshori :2001).
Sutrisno (2001) telah meneliti mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan publik.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua faktor yang diteliti
mempunyai pengaruh yang signifikan. Dari 6 variabel yang diteliti, hanya
variabel posisi kas dan rasio hutang yang berpengaruh signifikan, sedangkan
variabel potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan dan profitabilitas
tidak cukup signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh Erawati dan Sisdyani
(2005), yang meneliti 5 variabel, dan hasilnya menyatakan bahwa dividen kas
tahun sebelumnya dan laba yang diperoleh perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap pembayaran dividen kas, tetapi hutang dan likuiditas justru
berpengaruh tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Dewi (2003) yang juga menyatakan bahwa laba dan dividen tahun lalu berpengaruh
signifikan.
Banyak penelitian tentang kebijakan dividen yang
telah dilakukan, tetapi hasil penelitian-penelitian tersebut tidak ada yang
konsisten. Dari permasalahan inilah, peneliti merasa tertarik untuk menguji
ulang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen kas.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh
Kania dan Bacon (2005), yang melakukan penelitian untuk menguji faktor-faktor
yang memotivasi kebijakan dividen perusahaan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kania dan
Bacon (2005) adalah variabel dependent yang digunakan, yaitu menggunakan
Dividend Payout Ratio (DPR), tetapi sampel perusahaan dan variabel independent
yang digunakan berbeda. Kania dan Bacon (2005) mengamati beberapa variabel,
yaitu Return On Equity (ROE), pertumbuhan penjualan, likuiditas (current
ratio), rasio hutang (Debt to Total Asse)t, Insider Ownership, Beta,
Institusional Ownership, penggunaan modal, dan pertumbuhan earning per share,
sedangkan penelitian ini hanya fokus pada variabel keuangan yang bersifat
intern yaitu ROE, variabel pertumbuhan earning pershare, likuiditas dan rasio
hutang. Ukuran likuiditas diukur dengan cash ratio karena ukurannya lebih tajam
dibandingkan current ratio, sedangkan rasio hutang diukur dengan Debt to Equity
Ratio. Penelitian ini menambahkan variabel dividen periode sebelumnya karena
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen saat ini,
berdasarkan adanya beberapa penelitian mengenai hal itu. Selain itu, sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang listing di Bursa
Efek Jakarta tahun 2004, sedangkan sampel yang digunakan oleh Kania dan Bacon
(2005) adalah seluruh perusahaan yang terdaftar dan datanya terdapat dalam
website www.MultexInvestor.com, sebuah website pemandu pasar modal.
Sumber
:
http://ndiindi.blogspot.com/2012/07/manajemen-keuangan-ritel.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar